Wednesday, April 3, 2013

Silsilah Kendaraan


Kendaraan, adalah sebuah alat transportasi yang bisa mengantarkan kita dari satu tempat ke tempat lainnya. Umumnya dapat dibagi menjadi tiga kategori, kendaraan darat, laut serta udara. Di udara ada pesawat terbang, helikopter, balon udara dan lainnya. Laut, ada kapal ferry, sampan, jukung, kano, dan sebagainya. Sedangkan di darat lebih banyak lagi. Ada kereta api, bus, truk, mobil, motor dan masih banyak lagi.




Formal sekali kata-katanya, sudah seperti buku pelajaran anak SD. Hahaha. Yang ingin saya bahas kali ini sebenarnya kendaraan-kendaraan yang pernah kawan kendarai atau dimiliki. Baik yang milik sendiri atau yang sering dipakai bersama.

Iseng aja sih. Melihat perkembangan kendaraan, terutama sepeda motor mulai PARAH teman. Karena hampir setiap tahun selalu saja ada sepeda motor baru. Tahun ini Honda launching, tahun depannya Yamaha, dan kadang ditahun yang sama dan hampir bersamaan mereka meluncurkan produk baru. Belum lagi merk-merk lain seperti Suzuki dan Kawasaki.


Ya sudahlah, itu kan urusan mereka mau bikin berapa motor setahun. Mau motor yang bener-bener baru kek, atau motor lama yang cuma ganti stripping. Tinggal pelanggan mau beli atau tidak. Kalau gak ada yang beli, ntar juga bangkrut kayak merk Kymco. Hehe, maap bagi punya. Tapi Kymco fenomenal lho, banyak anak muda yang pake kok sekarang, jadi tren malah... Helemnya doang tapi.. Hehe..

Okay, daripada yang punya Kymco makin panas. Kita bahas motor-motor yang pernah singgah di kehidupan saya. Cieehh..

1. Honda C70 (seven C block)

Gambar nyomot di Wikipedia, 1972 Honda Supercub C70

Saya bilang ini adalah motor legend, selain memang pemiliknya adalah seorang LEGEND. Motor kepunyaan Ngkong inilah yang mengajarkan saya naik motor. Diawali dulu dengan putar-putar pekarangan rumah, lalu jalan perumahan dan akhirnya kebut-kebutan di jalan besar. Tapi ngebut-ngebutnya ya tetap slow, kan motor cc kecil dan gigi cuma tiga. Udah tua pula, paling banter kencengnya 60 km/jam.

Warnanya merah, semua partnya masih orisinil, cuma rada bekarat aja. Mungkin ini motor bersejarah buat Ngkong, mungkin lho ya, saya gak berani nanya. Sewaktu kecil, masih TK kalo gak salah, Ngkong sering atraksi dengan motor ini. Jadi saya sedang dibonceng Ayah, lalu dikejar Ngkong dan kami berjalan beriringan. Sesekali Ngkong akan melepas tangannya sambil bergaya seperti memegang senapan mesin, dan menembak saya.

2. Honda Supra 110

Teman pasti tahu Honda Supra kan?
Tapi stripingnya macem-macem, punya paman yang model ini nih..

Saya masih SMP waktu itu, dan menurut peraturan lalu lintas umur segitu belum boleh bawa motor dijalan raya. Motor ini milik Paman yang bekerja di Surabaya. Sewaktu pulang dia beli motor ini dan belum sempet dibawa kesana. Jadi ane yang pake ini motor. Namanya juga anak SMP, tidak ugal-ugalan sih, hanya insting dan reflek belum benar-benar terlatih dengan kondisi jalan raya. Alhasil saya menabrak bemper belakang sebuah angkot karena ngerem mendadak. Dan terjadilah aksi kejar-kejaran, saya takut karena telah menabrak dan kabur, lalu dikejar oleh si angkot. Untung saya masih ada darah keturunan pembalap kayak Valentino Rossi, jadi bisa lolos. Namun ujung motor tetep lecet karena nabrak tadi.

3. Piaggio Vespa PX150

Bukan gambar sebenarnya, nemu juga di forum piaggio Itali

Warnanya hijau lumut gelap metalik. Milik Ayah yang sebelumnya sih berwarna merah tua. Waktu itu dirumah sepi, kalo gak salah ditinggal kondangan. Tersisa saya sendirian, nonton tv bosan, tidur siang badan pegel-pegel udah seharian di kasur. Dari ruang tamu, lirik ke garasi, eh.. ada vespa nganggur. Yaudah, sekalian belajar motor kopling manual, masih SMP juga waktu itu.

Berputar-putarlah saya dipekarangan rumah Ngkong yang lumayan luas. Kira-kira bisa parkir tujuh mobil sekaligus, hampir selapangan basketlah kira-kira. Bawa vespa sih gampang, yang susah adalah menghidupkannya. Dengan kapasitas mesin rada besar, 150 cc, lumayan berat untuk menghidupkannya dengan engkol kaki. Belum lagi kalau salah pijakan, kaki yang jadi sasaran empuk buat dipental besi starter kaki. Tapi lain cerita kalau udah tau celahnya, akan mudah sekali.

4. Piaggio Vespa Super 150 th '77

Nomor dua dari kiri dan nomor tiga dari kanan

Ini motor pertama saya! Waktu itu kelas dua SMA, lagi di mobil berdua sama Ayah entah mau kemana saya lupa. Saat berhenti di lampu merah, tepat di depan mobil kami ada sebuah motor matic merk Sanex. Nyeletuklah si Ayah, "eh ndra, beli motor begituan aja gmn? Buat kamu pergi sekolah.." Daaann.. dengan semangat sentosa jawab, "daripada motor itu mending Vespa lahh..". Waktu itu sih cuma celetukan supaya gak dibeliin matic china itu. Memang matic model gitu sedang booming sih, tapi saya ragu kualitasnya. Laaah.. Malah si Ayah menganggap kata-kata saya tadi sebagai sebuah keseriusan. Dan besoknya, sudah ada vespa baru di garasi, second hand sih, tapi masih mulus, terutama mesinnya. Diawali dengan sedikit terpaksa, tapi lama-lama jadi jatuh cinta.

Gak hanya ke sekolah, kemana pun saya bawa vespa ini (yaiyalah, punya cuma satu ini, mau bawa yg mana lagi?). Mulai dari ke pantai, sampe ke pasir. Ke gunung, sampe ke kebun kebun kopi. Ke danau, sampe off road menuju tepi danau. Biasanya sih kalau jalan kemana, pasti rame-rame. Paling nggak enam sampai tujuh motorlah. Dan saya pasti kebagian jadi Sweeper, maklum, walau dibekali mesin 150cc, topspeed cuma bisa 70km/jam. Lebih dari itu, bodinya getar semua kayak jogetnya LMFAO, udah tua sih, wajarlah ya. Tapi satu yang jadi keunggulan, tarikannya mantap. Tanjakan seberapa pun gak jadi soal. Sampai-sampai sempat patah sok depan, karna keseringan wheelie..hehe..

5. Suzuki Shogun 125

Persis! Tapi bukan ini yang saya pake, foto nemu di google.. hehe

Kebiasaan bawa vespa, dikasih motor mak nyus langsung deh explore top speed. Ceritanya waktu lulus SMA, pindah ke denpasar dan tinggal sama Tante, adiknya Ibu. Di garasi nganggur sebuah Shogun biru hitam, lantaran Tante dan Om pakai mobil masing-masing, anak-anaknya (sepupu saya) masih kecil, jadi dianter jemput. Nah, nggak kepake kan motor itu, daripada rusak karena diem, ya sudah saya yang bawa. Malahan saya disuruh pulangin si Vespa ke kampung, trus pakai aja Shogun itu.

Bulan pertama bawa motor ini, masih biasa, pedekate dulu. Bulan kedua baru hajar, langsung cari bypass sambil ngapalin jalan. Ketemulah bypass Ngurah Rai, siang-siang agak sepi, langsung kebut..hehe.. Lama lama jadi kecanduan nih, tiap hari kemana mana selalu ngebut. Paling asyik waktu pulang ke Singaraja. Setelah cek segala keamanan motor, lampu, rem, dll. Langsung joss, nyampek cuma satu jam tujuh belas menit (sampai sekarang rekor belum bisa saya pecahkan). Serunya lagi jalan di daerah Gitgit, setelah puncak monyet-monyet kalau dari Denpasar. Pernah nonton pelem Initial D? Jalannya seperti itu, menuruni bukit dan berliku. Orang-orang ngebut disini, termasuk saya, lika-likunya mirip sirkuit dan aspalnya bagus. Rekor saya dari puncak monyet sampai rumah adalah dua puluh satu menit. Itu udah gas poll dan motor udah rebah-rebah kayak motogp (dulu masih berani, sekarang kayaknya enggak).

Dan dua tahunan setelah kebut-kebutan dengan Shogun, saya kena batunya. Berangkat dari kampung jam empat pagi, seperti biasa, ngebut. Matahari mulai terbit dan hampir sampai Denpasar. Daaaannnnn mesin mledukh! Masih bisa jalan dan di gas, tapi bunyi klotok-klotok parah. Beberapa saat kemudian mati total. Akhirnya saya telpon Galih Rakasiwi untuk jemput dan dorong sampai bengkel resmi Suzuki di Denpasar. Setelah dibongkar, kepala piston hancur dan harus ganti. Nginep deh si Shogun tiga harian, menghabiskan dana tujuh ratus ribuan.. It's a Karma bro.

6. Honda Vario CBS Techno 110 th'2009

Sudah berkali-kali berubah ubah modifikasi hehehe...

Pariwisata di kawasan Lovina mulai membaik, berpengaruh pada perekonomian keluar kecil kami. Mengetahui saya suka kebut-kebutan, Ayah menyuruh saya mengembalikan motor Shogun pada Tante. Trus saya naik vespa lagi? Ooh tidak, saya dibelikan motor baru. Waktu itu saya ingin Vixion, tapi tidak sampai merengek rengek. Ya bawa shogun aja kebut-kebutan apalagi vixion. Setelah meeting kecil keluarga, Ayah memutuskan membelikan saya Vario Techno, biar gak bisa ngebut katanya. Akhirnya, tabungan saya ditarik dan ditambahin duit Ayah. Jadilah sebuah Vario Techno Violet edisi pertama.

Bangga rasanya bawa motor paling beda. Jalan sengaja pelan-pelan, selain karena gak dibolehin ngebut, juga biar orang-orang pada ngelirik..hehehe.. Dan ini otomatis teman, jadi tinggal gas rem gas rem. Ya untuk di dalam kota Denpasar, motor matic nyaman sekali. Kedua kaki santai, tidak perlu injak gigi dan injak rem, semua kendali ada di tangan. Apalagi tahun itu memang saya sedang merintis karir (cieeehhh...). Ya, karir sebagai freelance graphic designer. Jadi harus kemana-mana dengan cepat dan tepat waktu. Beberapa kali sangat membantu disaat saya harus mengantar barang yang ber dus-dus. Matic gituloo...,

Dan sekarang motor ini udah dicontinue a.k.a tidak diproduksi dan dijual lagi. Padahal baru dua tahun beredar. Baiknya buat saya, motor jenis ini jadi sedikit di jalan, karena orang udah gak bisa beli baru lagi, cuma yang second hand. Berita buruknya, saya takut spare partnya gak ada lagi. Kalo mesin, ban dll sih masih sama dengan Vario lama. Tapi body, stripping dan lampu gimana nih? Mudah-mudahan aja masih dijual sama AHM.

7. Beli motor apa yaa..???

depan : MV Agusta - Suzuki - Yamaha
belakang: Honda - Kawasaki - Ducati

Setelah enam jenis motor saya bahas diatas, rasanya ada yang kurang. Yaudah saya bikin tujuh aja biar kayak On The Spot Trans 7 hehehe.
Yang ketujuh kayaknya motor berikutnya yang kira-kira akan saya miliki. Seperti yang saya bahas diawal tulisan, semua ATPM menggempur pasar dengan produk-produknya. Mau tidak mau, saya pasti melirik yang mereka luncurkan. Dan itu menggali kembali impian saya dulu yang belum kesampaian. Punya motor lakik, biar lebih LAKIK..hahaha..

Tapi melihat pilihan yang ada, membuat frustasi, saking bingungnya. Kemarin sempet yakin untuk ambil Honda CB150R Streetfire, dengan alasan topspeed. Baca baca di blog dan forum, malah bikin ragu. Ternyata ada bunyi klotok-klotok di mesin si CB. Oke saya pindah dan yakin dengan Vixion Lightning, karena mesin memang terbukti awet dan teknologinya canggih. Sudah ke dealer, ingin lihat secara langsung dan coba naikin. Eh dimana mana gak ada, katanya begitu barang dateng langsung dikirim. Gak mau beli kucing pake celana dalam karung dong, saya taruh nomer hp kalau barang ada akan dihubungi. Belum lagi dihubungi dealer Yamaha, keyakinan malah pudar lagi. Masih karena baca di blog dan forum. Honda gak cukup hanya dengan CB150R Streetfire, akan dilaunching Tiger baru yang katanya 250cc dan satu lagi CB150R yang mesin dan rangka sama, tapi penampilannya lebih gagah.

Walah malah makin bingung neh. Ya sudahlah, saya tunggu saja semua motor di launch dulu. Baru nanti dipilih yang sesuai selera, kebutuhan dan keuangan. Sambil menunggu mari kita tetap bekerja. Kumpul-kumpulin duit biar DPnya makin gede, kan makin cepat lunasnya. Walah hampir lupa, cicilan Mac Book masih tiga kali lagi. Bayar itu dululah, baru tambahin tabungan buat DP motor. Kali aja bisa terkumpul sampai beli motornya bisa cash..hehehehe..

Jabat Erat,
Indra Gede

Pesan sponsor.
"Ini silsilah motorku.. Mana silsilah motormu?"

4 comments:

  1. Luar biasa, aku jadi kangen motor pertamaku si Supra Ijo (Paijo)

    ReplyDelete
  2. wakakaka.....saya dulu punya Kymco...sedikt Panas dengarnya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe.. yang diatas juga punya kymco dia gan... kayaknya dia lebih panas dengernya... hihihi

      Delete
  3. wakakakaak, iya suamiku punya Kiko (nama si Kymco). Dan masi awet. Harus punya mobil dulu baru dia bisa istirahat.

    ReplyDelete